Umum

Saatnya Anak Muda Berkarya dan Kompetitif

4 min read

Laporan oleh Marsya Avelia dan Silmi Lestari

[Kanal Media Unpad]  Sebagai tonggak kemajuan bangsa, generasi muda adalah salah satu kunci penting perkembangan Indonesia. Maka sangat penting untuk membangun kesadaran atas pemberdayaan diri dan mendorong generasi muda untuk memperkaya wawasan.

Hal tersebut disampaikan oleh Galih Smarapradhipa (Senior Digital Partnership & Collaboration Harian Kompas) selaku salah satu pembicara dalam agenda Talkshow “Generasi Muda yang Kompetitif, Produktif, dan Berkarakter Menuju Indonesia Emas 2045” menjadi tema menarik dari Talkshow Pimnas ke-36 yang digelar di auditorium Bale Santika Unpad pada Kamis (30/11/2023).

“Jadi bagaimana caranya teman-teman yang nanti jadi pemimpin di tahun 2045 itu bisa sukses dan menjadi lebih bersinar? caranya adalah ‘empower yourself and enrich your life’ atau memberdayakan diri kita sendiri dan memperkaya wawasan. Itu dapat menjadi cara atau langkah agar teman2 bisa lebih berbeda dan bersinar dibandingkan teman-teman yang lain,” ujar Galih.

Menurut Galih untuk mencapai kesuksesan di masa depan khususnya dalam dunia kerja dibutuhkan skills yang begitu penting bahkan melebihi technical skills yakni Human Skills.

“Human skills pertama yang diharapkan adalah networking atau jaringan. Kedua, adaptability atau kemampuan beradaptasi, terus kemudian problem solving, ” ujar Galih

Aspek pertama adalah networking yang dapat diraih dengan meningkatkan kemampuan dalam membaca situasi dan bagaimana seseorang dapat memosisikan dirinya dengan baik di situasi tersebut. Kemudian Galih juga menyatakan bahwa memperluas pengetahuan juga menjadi langkah efektif untuk memperkuat hal tersebut.

Aspek kedua adalah adaptability atau kemampuan beradaptasi. Dalam hal ini sensitivitas dalam mengetahui perkembangan isu atau tren yang ada sangat dibutuhkan, terlebih pada perkembangan teknologi yang tentunya akan sangat relevan di masa depan.

“Nah ini yang kedua, adaptability atau kemampuan beradaptasi. Jadi ketika kita tahu atau baca dan paham tentang tren-tren terbaru kita bisa mengikuti, misalnya AI. Jika tahu potensi AI, sebenarnya kita dapat mengantisipasi tren AI yang katanya bisa menghilangkan atau menggantikan manusia,” ujar Galih.

Aspek terakhir adalah problem solving yang juga berhubungan dengan pemahaman akan tren yang berkembang. Problem solving pun nyatanya dapat diraih  ketika seseorang dapat memahami perkembangan tren yang ada kemudian mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mengikutinya.

Understand what a trend, so you can identify opportunities and threat. Jadi ketika teman-teman tahu trennya ke arah mana, teman-teman bisa melihat peluangnya di mana dan masalahnya di mana. Kadang masalah adalah peluang baru,” kata Galih.

Galih pun berharap anak muda Indonesia juga dapat memiliki motivasi belajar yang tinggi dan dapat memilah dengan baik informasi manakah yang memiliki validitas tinggi.

Berkarya

Pembicara lain, Raditya Dika berbagi pengalaman dan pandangannya mengenai pentingnya generasi muda khususnya mahasiswa untuk fokus mengekspresikan kegelisahan yang mereka alami lewat sebuah karya.

“Jadi mahasiswa itu waktunya gelisah. Apa yang kurang sih disini? Gue bisa pake waktu gue buat apa sih? Gue bisa bikin apa sih? Banyak gelisah gitu (dan) gelisah itu dijawab dengan karyanya,” ujar Raditya.

Raditya mengungkapkan bahwa generasi yang menjadi bagian Indonesia Emas di tahun 2045 harus menemukan cara dan potensi diri untuk berkarya yang dapat memecahkan masalah di masyarakat.

Ia juga menekankan pentingnya menjadi “orang yang berbeda” dan kolaborasi sebagai esensi masa kini.

“Ini bukan era kompetisi, (tapi) ini eranya kolaborasi. Kalau kita bicara tentang kompetisi, bukan lagi soal adu lebih-lebihan. (Tapi soal) gue beda, lu beda ayo kita kolaborasi,” tekan Raditya.

Raditya juga memberikan wawasan mengenai produktivitas dan karakter bagi generasi muda. Bagi Raditya, menjadi produktif berarti membuat pekerjaan terasa menyenangkan, hampir seperti bermain.

“Dalam hal menjadi produktif, fundamental berpikir gue adalah bagaimana caranya membuat kerja itu rasanya jadi main-main. Ketika lu bisa nge-lock membuat pekerjaan lu rasanya jadi main-main, artinya hidup lu betapa menyenangkannya kan,” jelasnya.

Ketika ditanya mengenai cara menumbuhkan karakter, Raditya menekankan pembentukan branding harus berasal dari kejujuran pada diri sendiri.

“Gimana caranya kita punya branding dan konsisten dengan apa yang kita bikin. Yang paling pertama adalah kita harus jujur dengan diri kita sendiri dulu. Kita orangnya seperti apa?” tegas Raditya.

Pada akhir talkshow, Raditya pun berharap pengalaman mahasiswa di Pimnas 36 bisa memberikan bekal berharga bagi generasi muda untuk menciptakan karya-karya bermakna di masa depan.

“Mudah mudahan apa yang kalian dapat selama 7 hari ini, ya selain acara kita hari ini itu bisa juga jadi bekal kalian untuk bikin karya apapun yang kalian mau di tahun-tahun depan,” harapnya. (art)*

The post Saatnya Anak Muda Berkarya dan Kompetitif appeared first on Universitas Padjadjaran.